Rabu, 17 April 2013

Peran Penting Fasilitator Dalam Penyusunan Dokumen RPJKel


Dalam negara berkembang apalagi negara yang masuk dalam “zona miskin” persoalan yang dialami tentunya sangat berbeda dengan negara – negara “yang dianggap sudah maju/modern” salah satunya soal kemiskinan. Dalam negara berkembang atau negara miskin, masalah kemiskinan merupakan salah satu “menu utama” yang wajib segera dicari penyebab serta solusinya.

Berangkat dari hal tersebut, bermacam – macam cara dilakukan untuk segera dapat menanggulangi masalah kemiskinan. Model yang sedang dilakukan pada dekade terakhir ini adalah “partisipatif”. Dimana public lebih banyak diikut sertakan porsinya dalam memetakan, melihat maupun mengeksplorasi problematika yang dihadapi (terkait dengan  masalah kemiskinan). Publik dirasa perlu diberi ruang dalam memposisikan dirinya (memotret segala persoalan yang melekat), kemudian dari hasil tersebut akan digunakan sebagai bahan dasar, instansi maupun pihak terkait dalam membuat kebijakan dalam pengentasan kemiskinan.

Fasilitasi Forum Juga Menjadi Tugas Penting
Participatory Poverty Assessment atau PPA merupakan salah satu cara /model yang coba diterapkan di kota Surakarta (dalam mencari akar persoalan serta mencoba memetakan persoalan yang muncul diranah publik), konteks penanggulangan kemiskinan. Mencoba mengeksplorasi temuan – temuan dilapangan dengan berbagai persoalan yang muncul. Design yang akan dijadikan sebuah dokumen poerencanaan adalah RPJMkel. Sebagai salah satu bagian proses dari program RPJMkel adalah sosialisasi di tingkat kelurahan. Yang mana  menjadi awal sebelum melaksanakan proses – proses berikutnya. Pada tahap ini menjadi sangat penting karena akan menjadi pijakan awal dalam melaksanakan AKP di Tingkat Kelurahan. Dalam proses ini juga membutuhkan peran dari Tim Inti serta Faskel dalam membangun komunikasi dengan segenap stakeholders yang ada. Misalnya dengan Kepala Kelurahan, LPMK, PKK, RW serta dengan beberapa tokoh masyarakat setempat.

Tugas dari seorang faskel dalam konteks ini menjadi sangat vital, karena selain memobilisir calon peserta (tentunya berkoordinasi dengan Tim Inti), ia juga sebagai “jembatan hidup” dilapangan saat bertemu dengan segenap stakeholders yang ada saat harus berbicara apa itu RPJMKel. Selain itu juga menjadi salah satu motor penggerak/mobilisator calon peserta dalam proses serta tahapan pembuatan dokumen RPJMkel. Tentunya tidaklah mudah ketika bertemu dengan masyarakat berikut harus menjadi corong suatu program yang baru ( RPJMKel ).

Membangun kepercayaan kepada masyarakat serta meyakinkan mereka akan pentingnya AKP merupakan langkah  yang harus dilalui. Karena RPJMKel bagi masyarakat merupakan “menu asing” yang disuguhkan ditengah – tengah hiruk pikuk menu wajibnya selama ini, yaitu MUSRENBANG.

(By BChrist)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites